Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. dalam kesenian, budaya bahkan fshion. Yang dimaksud dalam fashion adalah adanya berbagai macam jenis baju adat dari baju , rok bahkan alas kaki. Dalam alas kaki sendiri terdapat banyak model salah satunya adalah theklek.
tekhlek sendiri adalah salah satu alas kaki yang cukup populer di jamanya. buat kamu yang ingin melihat sepatu populer saat ini kamu bisa kunjungi sepatu getzke
Varian Theklek
Rasanya telah demikian lama tak mendengar orang menyebut istilah “theklek”. Hal itu dapat difahami, mengingat pada zaman “now”, sedikit orang yang menggunakan theklek. Kalaupun ada, itu hanya tedapat di lingkungan terbatas, atau oleh orang berusia udzur di pedesaan.
Padahal, sebelum hadirnya sandal, selop, lantas sepatu, theklek lah yang “merajai” dunia alas kaki. Pria, wanita, dewasa ataupun anak-anak, dulu melapisi telapak kakinya dengan theklek kayu.
Populararitas theklek di masa lampau antara lain tergambar pada adanya sejumlah sebutan terhadapnya, seperti kata : (a) theklek, (b) bakiak , (c) terompah , (d) dampar, (e) klompen, dsb. Kata “theklek” dikenal dalam bahasa Jawa Baru, menujuk pada : bakiak, sandal kayu
Sebutan “teklek” adalah Istilah onomatophae, yakni sebutan menurut suara yang dihasilkan oleh benda yang disebutnya. Oleh karena konon umumnya dibuat dari kayu, maka bila dipakai untuk berjalan mengeluarkan bunyi “theklak- theklek”.
Suara ini dihasilkan oleh benturan theklek kayu dengan batu kerakal jalan atau lantai plester serta tatapan antara permukaan atas terompah dan telapak kaki bagian belakang dari pemakai. Suara itulah yang menjadi bunyi khasnya, sehingga dari kejauhan pun orang telah dapat mendengar bahwa ada orang yang berjalan mengenakan teklek.
Secara harafiah, istilah “teklek” mempunyai arti : lapik (alas) kaki yang dibuat dari kayu bertelinga, yang biasanya terbuat dari karet sebagai tempat untuk memasukkan seluruh jari kaki; terompah kayu; kelom; atau bakiak (KBBI, 2002:1158). Sebutan lainnya adalah “bakiak’. Istilah ini lazim digunakan di Jawa Tengah’, yang di Jawa Timur dibilang sebagai “bangkiak”, di Sumatra Barat diistilahi dengan “terompa galuak”, yaitu sejenis sandal yang telapaknya dibuat dari kayu riingan, dengan pengikat kaki dibuat dari ban bekas dipaku di kedua sisinya. Alas kaki ini pernah demikian populer, lantaran harganya murah, terutama pada masa ekonomi susah. Dengan bahan kayu dan ban bekas membuat bakiak tahan air serta suhu panas dan dingin.
Baca Juga : Bahan Pembuatan Kerajinan Keranda Mayat Serta Cara Merawatnya
Selain sebutan “theklek dan bakiak”, terdapat pula istilah “terompah”, yang menunjuk pada (1) lapik kaki yang dibuat dari kulit, karet atau kayu, dan dilengkapi dengan tali kulit sebagai penguat, atau kayu bertudung bulat sebagai tempat bagi ibu jari (jempol) dan jari tengah untuk menjepit; (2) kasut kayu, gamparan (KBBI, 2002:1185).
Sejarah Theklek
Dalam Wilkipedia Indonesia dinyatakan bahwa “theklek (bakiak) terinspirasi dari Jepang, yang sudah mempergunakan sandal kayu”. Pendapat ini perlu dikoreksi kebebarannya. Istilah “bakiak” untuk menyebutnya memberikan kita gambaran bahwa muasalnya sangat mungkin dari Cina, yang telah dikenakan oleh bangsawan wanita sejak Dinasti Han (abad II SM), dengan nama “mu-ju”.
Bakiak terbawa oleh orang Tiongkok Utara yang merantau ke selatan pada masa Dinasti Tang (abad VII M.), yakni kediaman orang Tang-lang di Hokkian. Kata “bak-kia” adalah dialek Hokkian. Nu-ju (bak-kia) lantas berdifusi ke Korea, Jepang, bahkan hingga ke Nusantara. Ada sebutan serupa di Filipina, yaitu “bakya”. Demikianlah, bakiak berasal dari Tiongkok, dan acap dikaitkan dengan legenda Ji Zietui di masa Dinasti Zhou.
Penyebaran bak-kia ke Asia Tenggara (Nan- Yang) terbawa oleh perantau orang Tang- Lang. Mulanya bak-kia lazim dikenakan oleh para wanita. Bak-kia dihiasi dengan gambar bunga-bungaan yang cantik, sebagaimana di daerah asalnya yang dipergunakan oleh para bangsawan petempuan zaman Dinasti Han. Pada logat Bahasa Jawa, sebutab “bak-kia” menjadi “bakiak atau bangkiak”. Pemakainya tak terbatas kepada wanita Tionghoa, namun juga menjadi alas kaki para kuli atau buruh, dimana bentuknya berubah menjadi sangat sederhana dan harganya pun murah. Berkat penyebaran bakiak ke bagian asia tenggara, maka konon alas kaki ini populer di Nusantara, utamanya pada kalangan rakyat jelata. Dalam bahasa Jawa Baru terdapat kata “gapyak”, yang bisa jadi merupakan kata serapan dari istilah “bak- kia”, yang menunjuk pada sandal dari bahan kayu
Jejak Theklek di Indonesia
Jejak pengaruh bakiak di Jawa telah didapati paling sejak Masa Majapahit (XIV-XVI M). Hal itu antara lain terbukti pada arca batu yang menggambarkan orang pendeta laki-laki berasal dari daerah Blitar abad XiV-XV Masehi. Sepertinya foto arca in pernah dimuat dalam Agaknya oleh: Kinsbergen, I. van (Batavia). Deskripsi foto berada dalam Lampiran D dari Laporan Arkeologi untuk kuartal pertama tahun 1914; No. 236. Pada foto ini terang terlihat bahwa kedua telapak kakinya mengenakan alas kaki yang khas.
Bentuknya mengingatkan kepada bakiak (bak-kia) dari Cina. Alas kaki ini pada bahasa Jawa Tengahan dinamai “gamparan”, sebagaimana yang diberitakan dalam Kidung Sri Tanjung. Secara harafiah, kata “gamparan” menunjuk kepada : sandal dengan kenop di antara ibu jari kaki . Pada masa lalu, bahkan hingga kini, bahan yang digunakan untuk membuat gampar adalah kayu, yang kebanyakan berwarna kuning gading.
Baca Juga : Keunikan Batik Kayu Jogja
Bentuknya berbeda dengan teklek, yang berupa : lapik (alas) kaki yang dibuat dari kayu bertelinga, yang biasanya terbuat dari karet sebagai tempat untuk memasukkan seluruh jari kakii. Alih-alih lebih menyetupai terompah kayu, yang berupa : lapik kaki dari bahan kulit, karet atau kayu, dilengkapi dengan tali kulit sebagai penguat, atau kayu bertudung bulat sebagai tempat bagi ibu jari (jempol) dan jari tengah untuk menjepit .
Dan itulah beberapa informasi tentang Theklek, Bakiak unik kayu. semoga dengan artikel ini dapat menambah wawasan tentang banyaknya ragam budaya yang ada di dunia ini. Buat kamu yang ingin meliht desain interior jogja kamu bisa kunjungi interior jogja. Selamat memebaca, semoga bermanfaat dan Terimakasih.